Senin, 14 Februari 2011

Cerpen : I'm Evil

Dunia ini banyak dihuni orang baik dibanding orang jahat. Hanya karena alasan itu makanya aku memutuskan untuk menjadi orang paling jahat. Sangat lucu bukan? Biasanya orang bercita – cita untuk menjadi pahlawan dan dicintai, tapi aku lebih suka tampil beda. Dibenci, dihina, diusir, dicari adalah makanan yang paling aku sukai. Rasanya begitu nikmat pandangan orang yang begitu marah, benci, kesakitan tapi yang paling aku sukai adalah rasa takut. Setiap saat aku hendak membunuh orang aku pastikan dia ketakutan dan menikmati pandangan ketakutan pada dirinya.

“ Jangan – jangan bunuh aku …. Aku mohon,akan kuberikan semua uangku… “
Dor
“ Ahhh jangan…. Aku masih ingin hidup “
Dor
“ Ku..mohon…. am…pu..ni.. “
Dor

Membunuh langsung tidak menyenangkan sebisa mungkin aku menyiksa mereka. Kaki, tangan, jari – jari, tembakan yang sedikit meleset dari organ vital adalah kegemaranku. Ketakutan dan wajah kesakitan membuatku bergairah, aku merasa lebih hidup. Ahhh ini lebih nikmat dari wine berumur 50 tahun, rasanya lebih memabukan.

Menjadi orang jahat tidak hanya sekedar membunuh, itu hanyalah salah satu hobi kecilku. Ingat aku paling suka rasa takut, membunuh? Tidak memberikan rasa takut yang luar biasa. Tapi teror terus menerus, nah itu baru luar biasa. Aku pastikan semua orang dikota ini hidup dalam ketakutan. Tidak susah buatku untuk melakukannya. Sedari kecil aku berbuat jahat dan kini aku sudah berumur 35 tahun, aku memimpin organisasi kejahatan terbesar paling tidak itu menurutku. Kamu melakukan semua tindakan kejahatan. Polisi? Cuih mereka hanyalah budak uang, aku bisa membeli mereka semua ya tidak semua ada beberapa orang yang sok suci, tipe yang kubenci.

Seperti biasa setiap malam aku berjalan di pusat kota untuk mengontrol situasi tetap terkontrol. Lihat tampang – tampang mereka begitu menghormatiku setiap kakiku melangkah. Aku tahu sekali tampang seperti itu, tampang minta belas kasihan, pura – pura kuat, menjilat agar tidak aku siksa. Aku memutuskan untuk masuk ke salah satu bar kesukaanku. Aku berjalan sendiri, tidak ditemani anak buahku, bagaimanapun aku lebih suka sendiri dan aku tidak percaya pada siapapun. Diincar? Aku tidak pernah takut, tapi siapa yang berani? Itu pertanyaannya. Sudah banyak orang yang mati mengenaskan hanya karena ingin mengakhiri terorku.

“ Ah Bos silakan.. wanita – wanita itu sedang menunggu bos “
“ Usir semua tamu “ Kataku singkat
“ Eh tapi.. “
“ Tapi? “ Aku menatap tajam, aku tahu tatapan ku ini lebih tajam dari sebuah pisau, dan dia sudah ketakutan sebelum aku berkata lebih jauh. Nikmat ah tapi tidak terlallu lezat

Orang itu langsung segera mengusir tamu – tamu lain. Beberapa menolak diusir tapi begitu mereka melihatku, tanpa disuruh 2 kali mereka lari keluar dari bar. Bermain cewek juga menyenangkan, ah lihat tubuh mereka begitu indah dan seksi… ah tapi ini kurang menyenangkan aku lebih suka memperkosa daripada melihat mereka begitu patuh. Dan yang paling menyenangkan adalah memperkosa istri orang didepan suami dan anaknya. Kejam? Jahat ? itulah aku. Segera aku membalikan tubuhku keluar dari bar sebelum duduk. Manajer bar ini hanya bisa terdiam melihatku langsung pergi padahal dia sudah berusaha memenuhi apa yang aku inginkan. Sungguh wajah yang menyenangkan, kesal tapi dia berusaha tersenyum.

Dor dor

Aku menembak kedua kakinya. Tidak perlu alasan, aku menembak hanya karena aku jahat. Teriakan kesakitan orang itu terdengar begitu nikmat.

Tidak mudah untuk mencapai semua kekuasaan ini. Menjadi orang jahat tidak semudah menjadi orang baik. Tubuhku sudah melalui berbagai macam luka sampai aku mencapai posisiku seperti sekarang ini. Untunglah aku mempunyai sedikit kemampuan spesial.

Aku berjalan menuju ke kompleks perumahan. Mengendarai mobil sedan yang barusan saja aku ambil paksa di sebuah lampu merah. Tentu saja laki – laki yang mempunyai mobil ini aku tembak mati, dan tubuhnya kubuang begitu saja. Mobil kuhentikan disebuah rumah besar di wilayah orang kaya dan ternama. Aku mendengar kalau anak perempuan yang punya rumah ini adalah wanita yang sangat cantik.

Rumah besar tapi hanya sebuah pos satpam?

Tidak butuh lama untuk masuk kedalam rumah ini. Aku hanya cukup mengetuk pintu pos satpam itu, dan menembaknya. Rumah yang indah, 2 pilar besar menghiasi pintu utamanya. Beberapa pembantu dan pengurus kebun yang kebetulan masih bertugas diluar menemui ajalnya tanpa tahu apa yang sedang terjadi. Tampaknya keributan yang kubuat sudah diketahui pemilik rumah. Tapi itu bukan masalah besar, malah menambah kesenanganku.

Desert eagle di tangan kiriku, dan shotgun di tangan kananku. Aku masuk membabi buta membunuh semua orang yang bertampang pelayan.

“ Tolonng !!, Dia disini “

Teriakan itu terus kudengar. Tapi sesaat setelah dia berteriak demikian kupastikan orang itu terdiam menikmati kesakitan sambil menunggu ajalnya tiba, ya bersyukurlah dia masih hidup saat aku sudah pergi, mungkin lain kali aku bisa menyiksanya lagi ditempat lain.

Brak !

Akhirnya aku menemukan tempat persembunyian pemilik rumah ini. Ayah, ibu dan anak perempuan. Saatnya menikmati. Pertama tentu saja ayahnya aku tembak di kedua kakinya, kemudian tanganya kupatahkan, ya laki – laki itu berteriak minta aku melepaskan istri dan anaknya, tapi maaf saja aku ini orang jahat. Kemudian istrinya, aku ikat di sebuah tiang gantung kemudian aku telanjangi. Aku tidak tertarik sama wanita yang sudah lebih dari 30 tahun, jadi dia sedikit beruntung hanya aku telanjangi kemudian aku menambahkan beberapa lubang di tangannya.
Akhirnya makanan utamanya, anak perempuan yang sedang ketakutan. Wajahnya begitu ketakutan, matanya berair menangis, tapi suaranya tidak bisa keluar , mungkin karena ketakutan. Rambut panjang yang indah, langsung saja aku tarik sehingga ia berteriak kesakitan,dan langsung saja aku perkosa dia ditempat itu juga. Ia meronta memberikan perlawanan, tapi semua itu sia – sia. Beberapa saat kemudian ia kehilangan kesadaran, aku langsung menembak perutnya agar ia tetap bangun, trik itu selalu berhasil. Tapi akibatnya dia sudah tidak bernyawa lagi

“ Hanya segini? “

Aku bersiap meninggalkan rumah itu, tentu saja sebelum itu aku bunuh ayah dan ibunya sebagai makanan penutup.

Nguing nguing

Sirine polisi mendekat, mereka mengepungku dengan kekuatan sekitar 10 mobil dan 50 personil. Sebuah prosedur standar yang biasa aku hadapi.

“ Angkat tanganmu “ Teriak sang kapten

Begitu ia melihat siapa diriku, sang kapten hanya terdiam bergetar, begitu juga anak buahnya yang lain. Aku tahu mereka tidak akan berani menembaku, ya sebenarnya aku lebih berharap mereka sok jagoan menembaku jadi aku mempunyai pekerjaan setelah itu. Membantai seluruh kelularganya.

“ Tu..runkan .. senjata kalian “
“ Ta..tapi kap “
“ TURUNKAN “ Teriak sang kapten
“ Ayolah kapten jangan begitu, tembak saja diriku ini “ Kataku menantang

Sang kapten hanya menunduk diam. Tapi tidak demikian dengan beberapa anak buahnya yang sudah kesal melihat kelakuanku, biasa si sok pahlawan .

Beberapa tembakan mengenai diriku tepat di perut, jantung, bahkan dahiku. Mereka berteriak kesenangan, tapi wajah sang kapten malah berubah ketakutan, dan ia memerintahkan untuk segera membubarkan diri

Tunggu aku kapten jangan lari begitu saja

Tubuhku begitu dingin, dan perlahan lukaku mengeluarkan berbagai mahluk kecil seperti ulat yang terus menggigit lubang ditubuhku. Darahku yang mengalir disedot kembali sama mahluk – mahluk kecil itu. Tanganku terasa panas, dan perlahan tanganku berubah bentuk.

Sebuah sabit. Sabit yang sangat besar panjang matanya sekitar 100 meter.

Polisi – polisi itu berteriak ketakutan, padahal bukan pertama kali mereka melihat sabit besarku ini juga diriku yang bangkit setelah diterjang ratusan peluru, sangat mengherankan.
Walaupun aku lebih suka melihat mereka tersiksa kadang ada kalanya aku ingin menyelesaikan begitu saja, ya ternyata aku yang begitu jahat masih punya sedikit kebaikan untuk membiarkan mereka mati sekejap, walaupun itu jarang terjadi. Segera aku mengayunkan sabitku dan kemudian lolongan kesakitan terdengar menggema di kompleks perumahan itu. Mereka benar – benar beruntung, mati secara cepat ditanganku seorang GRIM REAPER.

Sumber : Cerpen.net

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More